Spinal stenosis adalah kondisi akibat menyempitnya ruang atau celah tulang belakang. Menyempitnya ruang atau celah ini dapat menekan akar saraf yang keluar dari celah tersebut.
Spinal stenosis dapat menyebabkan keterbatasan aktivitas dan nyeri yang biasanya menyerang oang-orang berusia lanjut.
Jenis stenosis pada usia lanjut disebabkan oleh perubahan degeneratif (ligamentum flavum, diskus intervertebrales dan sendi facet) yang berhubungan dengan penuaan dan terjadi pada usia 50 tahun ke atas.
Pada intinya, perubahan degeneratif akibat proses penuaan menyebabkan stenosis spinal atau stenosis tulang belakang ini. Biasanya mengenai orang-orang yang berusia di atas 60 tahun dan paling sering terjadi pada usia 70-an dan 80-an.
Daftar isi
- Lokasi Spinal Stenosis
- Spinal Stenosis, Gejalanya Apa?
- Stenosis Spinal, Ada 2 Jenis
- Tanda-tanda
- Terapi
- Pertanyaan Seputar Spinal Stenosis Saraf Kejepit
- Apakah spinal stenosis berbahaya?
- Saraf kejepit solusinya gimana?
- Apa efek samping yang seseorang rasakan jika terjadinya penyempitan akar saraf pada tulang leher?
- Apa itu stenosis kanalis spinalis?
- Apa yang tidak boleh dilakukan penderita saraf kejepit?
Lokasi Spinal Stenosis
Spinal stenosis dapat terjadi pada area mana saja di tulang belakang, namun yang paling sering adalah leher (servikal) atau pinggang (lumbar/lumbal).
Pada intinya spinal stenosis pada area lumbal atau pinggang, bila penyempitannya cukup besar maka dapat berisiko menyebabkan saraf tulang belakang terjepit.
Gejala penyempitan ini terutama nyeri pada punggung bawah (pinggang), nyeri pada bokong, menjalar ke kaki dan mati rasa. Berjalan kaki akan memperburuk gejala ini dan berkurang dengan istirahat.
Gejala spinal stenosis termasuk nyeri punggung bawah, nyeri bokong, nyeri kaki, dan mati rasa. Gejala-gejala ini biasanya diperburuk dengan berjalan kaki dan berkurang dengan istirahat.
Tempat tersering stenosis tulang belakang adalah L4-L5.
Spinal Stenosis, Gejalanya Apa?
Penekanan saraf akibat menyempitnya rongga dapat menyebabkan nyeri dan mati rasa yang menjalar ke bokong, paha, kaki terutama saat berjalan atau berdiri dalam waktu lama.
Beristirahat, duduk atau badan membungkuk ke depan, dapat mengurangi nyeri yang Anda rasakan.
Namun tidak semua pasien dengan stenosis tulang belakang mengalami gejala, jadi istilah stenosis ini mengacu pada gejala nyeri yang disebabkan dan bukan pada penyempitan itu sendiri.
Menyempitnya celah ini dapat menekan atau menjepit saraf tulang belakang dan akar-akar saraf. Maka hal ini berimbas dengan beragam gejala. Stenosis pada lumbar seringkali menyebabkan nyeri punggung bawah atau pinggang, nyeri di kaki dan rasa kebas.
Sedangkan stenosis pada ruas tulang leher (servikal) menyebabkan nyeri pada leher dan kesemutan pada lengan dan/atau tangan. Berdampak pula saat berjalan dan mengganggu keseimbangan tubuh.
Cedera seperti cedera whiplash saat kecelakaan kendaraan bermotor menjadi penyebab tersering stenosis servikal.
Stenosis Spinal, Ada 2 Jenis
Kondisi menyempitnya celah ini ada dua jenis yaitu kongenital (sejak lahir) dan didapat.
Stenosis didapat masuk ke dalam stenosis akibat degeneratif (penuaan), spondilolistesis, iatrogenik (pasca-bedah), pasca-trauma, atau kombinasi.
Penyebabnya adalah:
- Spondilosis, berubahnya area tulang belakang menjadi menipis akibat penuaan sehingga membentuk osteofit atau taji tulang (bone spurs), sendi facet menebal dan ligamentum flavum mengalami hipertrofi. Semua kondisi ini akan berpeluang mempersempit celah tulang belakang.
- Spondilolistesis atau bergesernya ruas tulang belakan akibat penuaan, dan biasanya pada ruas L4 dan L5 yang menyempitkan celah tulang belakang.
- Adanya massa atau tumor, pembentukan jaringan pasca-operasi, dan kondisi reumatologi serta masalah lain yang menyerang tulang seperti ankylosing spondylitis, akondroplasia.
- Pengapuran
- Menonjolnya bantalan tulang belakang atau hernia nukleus pulposus atau saraf kejepit
- Menebalnya ligament
- Tumor
- Infeksi
- Gangguan metabolik pada tulang yang mengganggu proses pertumbuhannya, seperti penyakit Paget.
Tanda-tanda
Ciri paling penting pada stenosis tulang belakang ini – terutama bagian lumbar atau pinggang – adalah klaudikasio neurogenik, yang mengacu pada area tungkai meliputi bokong, selangkangan, dan paha depan, serta menjalar ke bagian belakang tungkai hingga kaki.
Neurogenik disini berarti gejala yang muncul saat gejalanya mengenai saraf. Pada umumnya stenosis spinal menimbulkan gejala sebagai berikut:
- Nyeri terasa memburuk saat bergerak/berjalan, berdiri tegak, dan saat meluruskan pinggang
- Nyeri berkurang dengan membungkukkan badan ke depan, duduk
- Tungkai terasa lelah, terasa berat, kelemahan dan/atau kelumpuhan
- Gejala bisa hanya pada salah satu tungkai atau keduanya
- Nyeri pada punggung bawah atau pinggang
- Kram pada kaki malam hari
- Mati rasa dan kesemutan pada seluruh tungkai
- Kelemahan otot tungkai.
- Nyeri terasa saat tidur telentang
- Pasien mungkin juga melaporkan berjalan ke atas lebih mudah daripada berjalan ke bawah, karena punggung tertekuk ke depan dengan menaiki tangga.
Ketika tingkat stenosis semakin buruk, kemampuan berjalan kaki semakin pendek jaraknya dan harus sering membungkuk untuk meredakan nyeri dan rasa lelah pada kaki.
Pada kasus yang berat, stenosis yang tidak segera mendapatkan penanganan yang tepat, dapat menyebabkan sindrom cauda equina, yang menyebabkan hilangnya kontrol kandung kemih dan usus (tidak dapat mengendalikan buang air kecil dan buang air besar).
Selain itu, kelemahan otot dan mati rasa pada tungkai/kaki, mati rasa pada area genital dan bokong dapat menyertai sindrom cauda equina ini.
Jika kondisi saraf terjepit tidak mendapatkan penanganan dengan cepat, gejala ini bisa permanen atau berpotensi terjadinya kelumpuhan. Oleh karena itu, sindrom cauda equina dianggap sebagai kondisi darurat medis.
Terapi
Dokter akan melakukan penanganan menyempitnya rongga tulang belakang ini sesuai dengan kondisi pasien masing-masing dan berdasarkan hasil pemeriksaan fisik oleh dokter dan hasil pemeriksaan radiologis seperti MRI, CT scan.
Penanganan ini bertujuan untuk membantu mengurangi gejala dan memperbaiki fungsi gerak sehingga kualitas hidup membaik.
- Terapi fisik, berfokus pada peregangan dan penguatan otot-otot inti yang bertujuan membantu mengoreksi postur tubuh dan meredakan gejala.
- Obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS) untuk membantu mengurangi nyeri dengan meredakan peradangan.
- Injeksi steroid untuk membantu menuntaskan proses peradangan dan membantu mengendalikan gejala nyeri yang menjalar
- Menggunakan korset lumbal untuk membantu meredakan rasa nyeri sementara.
Kini stenosis spinal cukup terbantu dengan terapi fisik dan injeksi steroid epidural yang semuanya ini sudah lengkap pada Lamina Pain and Spine Center.
Jika penanganan non-bedah tidak meredakan gejala, maka teknologi laser Percutaneous Laser Disc Decompression (PLDD) dapat menjadi solusi tepat untuk mengatasi stenosis spinal yang penyebabnya adalah penonjolan bantalan tulang atau hernia nukleus pulposus (HNP).
Teknologi ini menggunakan energi laser yang mengalir ke bantalan sendi yang menonjol sehingga bantalan akan mengerut atau mengecil dan tidak lagi menjepit saraf tulang belakang.
Dokter akan melakukan PLDD ini bila sudah melihat hasil MRI yang ternyata menunjukkan adanya stenosis spinal.
PLDD ini juga sudah ada pada Lamina Pain and Spine Center, yang memiliki berbagai keunggulan, antara lain:
- tanpa rawat inap
- hanya memerlukan sayatan sekitar 7 mm
- memerlukan waktu sekitar 45 menit
- seusainya, dapat langsung beraktivitas
- memerlukan bius lokal saja
Pertanyaan Seputar Spinal Stenosis Saraf Kejepit
Apakah spinal stenosis berbahaya?
Spinal stenosis dapat menjadi berbahaya jika tidak segera ditangani, terutama pada kasus yang parah. Komplikasi yang mungkin terjadi termasuk mati rasa, gangguan keseimbangan, dan inkontinensia (kehilangan kontrol buang air kecil atau besar). Pada kasus yang sangat berat, kondisi ini dapat menyebabkan sindrom cauda equina, yang merupakan keadaan darurat medis dan memerlukan penanganan segera untuk mencegah kerusakan saraf permanen atau kelumpuhan.
Saraf kejepit solusinya gimana?
Penanganan saraf kejepit dapat meliputi terapi konservatif seperti fisioterapi, pemberian obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS), atau terapi panas dan dingin untuk mengurangi nyeri dan peradangan. Jika gejala tidak membaik, dokter mungkin menyarankan injeksi steroid atau prosedur medis seperti Percutaneous Laser Disc Decompression (PLDD), yang tersedia di Lamina Pain and Spine Center. PLDD menggunakan teknologi laser untuk mengecilkan bantalan tulang yang menonjol tanpa perlu rawat inap dan dengan pemulihan cepat.
Apa efek samping yang seseorang rasakan jika terjadinya penyempitan akar saraf pada tulang leher?
Penyempitan akar saraf di tulang leher (stenosis servikal) dapat menyebabkan nyeri leher, kaku, mati rasa, atau kelemahan pada lengan dan tangan. Gejala ini dapat menjalar hingga ke kaki dan mengganggu keseimbangan tubuh. Jika tidak ditangani, kondisi ini dapat memengaruhi kemampuan berjalan dan aktivitas sehari-hari.
Apa itu stenosis kanalis spinalis?
Stenosis kanalis spinalis adalah kondisi penyempitan rongga tulang belakang yang menekan saraf dan akar saraf di dalamnya. Penyebab utamanya adalah proses degeneratif akibat penuaan, seperti penipisan bantalan tulang belakang (diskus), pembentukan osteofit (taji tulang), dan penebalan ligamen. Kondisi ini paling sering terjadi pada area lumbar (pinggang) dan servikal (leher), dan dapat menyebabkan nyeri, mati rasa, serta kelemahan otot.
Apa yang tidak boleh dilakukan penderita saraf kejepit?
Penderita saraf kejepit sebaiknya menghindari aktivitas yang dapat memperparah gejala, seperti mengangkat beban berat, melakukan gerakan tiba-tiba, atau duduk dalam waktu lama. Istirahat yang cukup dan menghindari posisi yang menekan saraf, seperti berdiri tegak terlalu lama, dapat membantu meredakan nyeri. Jika gejala tidak membaik, segera konsultasikan ke dokter untuk penanganan lebih lanjut.