Sindrom Piriformis: Penyebab Nyeri Bokong yang Bisa Menjalar ke Paha dan Kaki

sindrom piriformis nyeri bokong

Apakah bokong Anda terasa nyeri seperti tertusuk yang tak kunjung hilang, terutama setelah duduk lama atau beraktivitas berat? Banyak orang mengira keluhan ini hanya akibat kelelahan biasa, padahal bisa jadi Anda mengalami sindrom piriformis, salah satu penyebab utama nyeri bokong yang kerap terabaikan. 

Kondisi ini terjadi ketika otot piriformis yang terletak di area bokong menekan saraf skiatik, menyebabkan nyeri yang dapat menjalar ke paha, betis, bahkan hingga kaki. Sindrom piriformis tidak hanya menimbulkan rasa tidak nyaman, tetapi juga dapat mengganggu aktivitas harian jika tidak segera ditangani. 

Apabila Anda merasakan nyeri di bokong yang sangat mengganggu, segeralah berkonsultasi dengan dokter spesialis di Lamina dengan menghubungi nomor Whatsapp 0811-1443-599.

Apa Itu Sindrom Piriformis?

Sindrom piriformis adalah kondisi di mana otot piriformis mengalami ketegangan, peradangan, atau spasme sehingga menekan saraf skiatik. 

Otot piriformis adalah otot kecil yang terletak di dalam bokong, tepat di belakang otot gluteus maximus. Otot ini memanjang dari tulang sakrum (bagian bawah tulang belakang) ke bagian atas tulang paha (femur). Fungsinya penting dalam menstabilkan sendi panggul serta membantu pergerakan paha, seperti saat berjalan, berlari, atau memutar pinggul.

Tekanan ini menyebabkan gejala utama berupa nyeri pada bokong yang dapat menjalar ke belakang paha, betis, hingga kaki, mirip dengan gejala linu panggul (sciatica).

Siapa Saja yang Berisiko Terkena Sindrom Piriformis?

Sindrom ini dapat dialami siapa saja, namun paling sering ditemukan pada usia produktif dan lebih sering terjadi pada wanita, bahkan enam kali lipat dibanding pria. Hal ini diduga terkait perbedaan struktur panggul dan hormonal. Profesi atau aktivitas yang melibatkan duduk lama, seperti pengemudi, pekerja kantoran, atlet, pesepeda, dan pelari, memiliki risiko lebih tinggi.

Penyebab Sindrom Piriformis

Beberapa faktor yang dapat menyebabkan atau meningkatkan risiko sindrom piriformis antara lain:

  • Cedera langsung pada bokong atau panggul, misalnya akibat jatuh atau kecelakaan.
  • Aktivitas fisik berlebihan seperti berlari, bersepeda, atau olahraga tanpa pemanasan yang cukup.
  • Duduk terlalu lama dalam posisi yang salah, misalnya saat mengemudi atau bekerja di depan komputer.
  • Gerakan berulang pada tungkai, seperti naik-turun tangga atau berjalan jauh.
  • Postur tubuh yang buruk atau kelainan anatomi, seperti panjang kaki tidak sama atau kelainan pada tulang belakang.
  • Spasme otot piriformis akibat kelelahan atau cedera mikro.
  • Prosedur medis atau operasi di area pinggul atau bokong yang menyebabkan pembentukan jaringan parut.
  • Faktor kongenital, di mana saraf skiatik berjalan menembus otot piriformis.

Gejala Sindrom Piriformis

Gejala sindrom piriformis sangat bervariasi, namun yang paling khas adalah sebagai berikut:

  • Nyeri bokong yang bisa tajam, dalam, atau seperti terbakar.
  • Nyeri menjalar ke belakang paha, betis, hingga kaki, mengikuti jalur saraf skiatik.
  • Kesemutan atau mati rasa di bokong, paha, atau betis.
  • Nyeri bertambah parah saat duduk lama, berjalan jauh, naik-turun tangga, atau melakukan gerakan memutar pinggul.
  • Kesulitan atau rasa tidak nyaman saat duduk, terutama lebih dari 15–20 menit.
  • Nyeri saat bangun dari tempat tidur, jongkok, atau buang air besar.
  • Pada wanita, bisa muncul nyeri saat berhubungan intim (dispareunia).
  • Kelemahan atau penurunan kekuatan otot tungkai pada kasus berat.

Gejala biasanya hanya terjadi pada satu sisi tubuh, meski bisa juga pada kedua sisi dalam kasus yang jarang.

Dampak Sindrom Piriformis pada Aktivitas Sehari-hari

Jika tidak ditangani, sindrom piriformis dapat mengganggu aktivitas harian, seperti:

  • Kesulitan duduk lama di depan komputer atau saat mengemudi.
  • Tidak nyaman berjalan jauh, berlari, atau naik-turun tangga.
  • Gangguan tidur akibat nyeri.
  • Penurunan kualitas hidup dan produktivitas.

Bagaimana Mendiagnosis Sindrom Piriformis?

Ada beberapa cara yang umum dilakukan dokter dalam mendiagnosis sindrom piriformis, antara lain: 

1. Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik

Diagnosis sindrom piriformis cukup menantang karena gejalanya mirip dengan kondisi lain seperti herniasi diskus lumbal atau radang sendi. Dokter akan menanyakan riwayat gejala, aktivitas yang memicu atau meredakan nyeri, riwayat cedera, serta kebiasaan sehari-hari.

Selain itu, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik untuk mencari sumber nyeri atau penyebab kekakuan pada otot bokong. 

2. Pemeriksaan Penunjang

Tidak ada tes khusus untuk menegakkan diagnosis sindrom piriformis. Pemeriksaan penunjang dilakukan untuk menyingkirkan kemungkinan lain, meliputi:

  • MRI atau CT Scan: untuk melihat struktur tulang dan jaringan lunak.
  • Elektromiografi (EMG): menilai fungsi saraf.
  • USG: pada beberapa kasus untuk melihat kondisi otot dan saraf.

Cara Mengatasi Sindrom Piriformis

Berikut ini adalah beberapa cara untuk mengatasi nyeri akibat sindrom piriformis. 

1. Penanganan Non-Bedah

Sebagian besar kasus sindrom piriformis dapat sembuh tanpa operasi. Penanganan pada kasus yang belum parah, mencakup:

  • Istirahat dari aktivitas yang memperparah gejala.
  • Kompres dingin atau panas pada area nyeri selama 15–20 menit untuk mengurangi peradangan.
  • Obat pereda nyeri seperti paracetamol, ibuprofen, atau naproxen.
  • Obat pelemas otot untuk mengurangi spasme.
  • Fisioterapi: latihan peregangan dan penguatan otot piriformis, gluteus, dan otot panggul lain. Fisioterapis akan membantu merancang latihan yang aman dan efektif.
  • Suntikan kortikosteroid atau botox langsung ke otot piriformis untuk mengurangi peradangan dan nyeri pada kasus berat.
  • Latihan mandiri di rumah: stretching otot piriformis, yoga, dan latihan penguatan otot panggul.

2. Penanganan Bedah Minimal Invasif

Tindakan bedah minimal invasif menjadi pilihan terakhir jika semua terapi konservatif tidak berhasil dan gejalanya sudah sangat berat. Prosedur bedah minimal invasif seperti Joimax bertujuan melepaskan tekanan pada saraf skiatik dengan memotong sebagian otot piriformis atau membebaskan saraf yang terjepit.

Teknologi Joimax: Solusi Efektif Redakan Nyeri Akibat Sindrom Piriformis

Pada kasus sindrom piriformis yang sudah parah, tindakan bedah minimal invasif merupakan salah satu solusi tepat dalam menghilangkan nyeri dan peradangan pada bokong. 

Joimax terbukti efektif dan lebih minim risiko jika dibandingkan operasi konvensional. Teknologi yang berasal dari Jerman ini tersedia di Lamina Pain and Spine Center dan dilakukan oleh tim dokter spesialis bedah saraf berpengalaman.

Dengan penanganan yang tepat, nyeri akibat sindrom piriformis dapat sembuh dan Anda pun bisa kembali beraktivitas seperti sedia kala. 

Bagi Anda yang memiliki keluhan nyeri di bokong, silakan berkonsultasi dengan dokter spesialis di Lamina dengan menghubungi nomor Whatsapp 0811-1443-599.

Frequently Asked Question (FAQ)

1. Apa itu sindrom piriformis?

Sindrom piriformis adalah kondisi di mana otot piriformis di bokong menekan saraf skiatik, menyebabkan nyeri bokong yang bisa menjalar ke paha atau kaki.

2. Apa saja gejala utama sindrom piriformis?

Gejalanya meliputi nyeri di bokong, kesemutan, mati rasa, dan nyeri yang menjalar ke belakang paha atau betis, terutama saat duduk lama atau beraktivitas berat.

3. Apa saja pilihan pengobatan untuk sindrom piriformis?

Penanganan meliputi istirahat, kompres, obat nyeri, fisioterapi, suntikan kortikosteroid, dan operasi pada kasus berat.

***

Sumber foto: Freepik

Facebook
WhatsApp
Artikel Terkait
Artikel Populer
Topik Populer