Osteotomy adalah salah satu prosedur bedah yang sering dilakukan untuk memperbaiki struktur tulang yang tidak sejajar atau rusak akibat trauma, penyakit, atau kondisi bawaan.
Prosedur ini menjadi solusi penting dalam dunia ortopedi, membantu pasien mendapatkan fungsi tubuh yang lebih baik serta meningkatkan kualitas hidup mereka.
Jadwalkan janji temu Anda dan konsultasikan kondisi nyeri punggung atau saraf kejepit dengan dokter spesialis di Lamina Pain and Spine Center melalui nomor 0811 1443 599.
Daftar isi
- Apa itu Osteotomy?
- Kondisi Medis Apa yang Membutuhkan Osteotomy?
- 1. Osteoartritis
- 2. Deformitas tulang bawaan
- 3. Cedera akibat trauma
- 4. Gangguan tulang belakang
- 5. Kondisi medis lainnya
- Jenis-Jenis Osteotomy
- 1. Osteotomy rahang (Jaw Osteotomy)
- 2. Osteotomy dagu (Chin Osteotomy)
- 3. Osteotomy siku (Elbow Osteotomy)
- 4. Osteotomy tulang belakang (Spinal Osteotomy)
- 5. Osteotomy panggul (Hip Osteotomy)
- 6. Osteotomy lutut (Knee Osteotomy)
- 7. Osteotomy jempol dan kaki (Big Toe and Foot Osteotomy)
- Apa yang Terjadi Selama Prosedur Osteotomy?
- 1. Persiapan sebelum operasi
- 2. Pemotongan dan penyesuaian tulang
- 3. Penstabilan struktur tulang
- 4. Penutupan luka
- 5. Setelah prosedur di ruang operasi
- Bagaimana Langkah Pemulihan setelah Osteotomy?
- Langkah 1 : Istirahat dan imobilisasi
- Langkah 2 : Rehabilitasi dengan terapi fisik
- Langkah 3 : Manajemen nyeri dan terapi obat-obatan
- Langkah 4 : Pemantauan luka setelah operasi
- Risiko dan Komplikasi Osteotomy
- 1. Infeksi
- 2. Pendarahan atau hematoma
- 3. Kerusakan saraf atau pembuluh darah
- 4. Gagal fusi tulang (Nonunion)
- 5. Sendi kaku
- 6. Nyeri kronis
- 7. Pergerakan atau kegagalan implan
- 8. Tromboemboli (penggumpalan darah)
- 9. Deformitas atau masalah penjajaran ulang tulang
- 10. Reaksi terhadap anestesi atau obat-obatan
- Lamina Pain and Spine Center : Penanganan Terbaik Untuk Saraf kejepit
Apa itu Osteotomy?
Osteotomy berasal dari bahasa Yunani: osteon yang berarti tulang, dan tome yang berarti pemotongan.
Secara sederhana, osteotomy adalah prosedur bedah yang melibatkan pemotongan dan pengubahan posisi tulang untuk memperbaiki struktur atau fungsi tulang tersebut.
Prosedur yang dapat menangani fraktur kompresi dan bedah korektif ini umumnya dilakukan untuk mengatasi berbagai kondisi, seperti:
- Ketidaksejajaran tulang akibat artritis atau cedera.
- Penyakit bawaan seperti deformitas tulang.
- Memperbaiki bentuk tulang demi fungsi atau estetika, misalnya pada wajah atau rahang.
Sebagai contoh, operasi osteotomy lutut sering direkomendasikan untuk pasien dengan osteoartritis berat di salah satu sisi lutut. Dengan prosedur ini, beban tubuh dialihkan ke sisi lutut yang lebih sehat untuk mengurangi rasa sakit dan meningkatkan mobilitas.
Tidak hanya untuk tujuan medis, osteotomy juga digunakan dalam bedah estetika, seperti memperbaiki bentuk dagu atau rahang.
Meskipun terlihat kompleks, prosedur ini dilakukan oleh ahli bedah yang berpengalaman, menggunakan teknik canggih untuk meminimalkan risiko dan memastikan hasil yang optimal.
Kondisi Medis Apa yang Membutuhkan Osteotomy?
Prosedur osteotomy disesuaikan dengan kondisi pasien dan bertujuan untuk memberikan hasil yang optimal dalam mengurangi rasa sakit, memperbaiki deformitas tulang, meningkatkan mobilitas, serta mencegah komplikasi jangka panjang.
Dokter spesialis akan mengevaluasi dengan cermat apakah osteotomy merupakan solusi terbaik berdasarkan riwayat medis, hasil pemeriksaan fisik, serta pencitraan seperti X-ray atau MRI.
Berikut adalah beberapa kondisi medis utama yang membutuhkan osteotomy:
1. Osteoartritis
Pada kasus osteoartritis lutut, tulang rawan di salah satu sisi sendi sering kali mengalami kerusakan parah, menyebabkan ketidakseimbangan beban tubuh.
Osteotomy lutut dapat mengalihkan beban ke sisi yang lebih sehat, mengurangi rasa sakit, dan memperpanjang masa penggunaan sendi sebelum memerlukan penggantian total lutut.
2. Deformitas tulang bawaan
Beberapa individu lahir dengan deformitas tulang seperti kaki X (valgus) atau kaki O (varus).
Jika deformitas ini menyebabkan rasa sakit, gangguan fungsi, atau masalah estetika, osteotomy dapat digunakan untuk meluruskan tulang atau alignment tulang untuk memulihkan fungsinya.
3. Cedera akibat trauma
Patah tulang yang tidak sembuh dengan posisi yang benar (malunion) dapat menyebabkan ketidakseimbangan atau deformitas yang memengaruhi fungsi tubuh.
Osteotomy dilakukan untuk memperbaiki posisi tulang yang salah dan mengembalikan stabilitas serta fungsi tulang.
4. Gangguan tulang belakang
Osteotomy tulang belakang, seperti prosedur pedicle subtraction osteotomy (PSO), sering dilakukan pada pasien dengan skoliosis berat atau kyphosis.
Prosedur ini membantu meluruskan tulang belakang dan meningkatkan postur serta kenyamanan pasien.
5. Kondisi medis lainnya
- Displasia pinggul : Osteotomy panggul dapat membantu memperbaiki soket pinggul yang tidak sejajar, meningkatkan stabilitas sendi, dan mencegah artritis di kemudian hari.
- Deformitas wajah atau rahang : Osteotomy rahang atau dagu sering dilakukan untuk memperbaiki posisi tulang, baik untuk alasan medis maupun estetika.
- Hallux valgus (bunions) : Osteotomy kaki dapat mengoreksi deformitas jempol kaki yang menyakitkan akibat bunion.
Jenis-Jenis Osteotomy
Osteotomy memiliki beragam jenis yang disesuaikan dengan area tubuh yang membutuhkan koreksi deformitas tulang.
Berikut adalah beberapa jenis osteotomy yang umum dilakukan, beserta penjelasan singkat mengenai tujuan dan manfaatnya:
1. Osteotomy rahang (Jaw Osteotomy)
Osteotomy rahang dilakukan untuk memperbaiki posisi rahang atas, rahang bawah, atau keduanya. Prosedur ini sering digunakan untuk:
- Mengatasi maloklusi (gigitan tidak sejajar).
- Memperbaiki kesulitan berbicara, bernapas, atau mengunyah akibat posisi rahang yang tidak normal.
- Tujuan estetika untuk memperbaiki proporsi wajah.
Biasanya, prosedur ini melibatkan pemotongan tulang rahang dan memindahkannya ke posisi baru yang lebih sejajar, kemudian distabilkan dengan plat dan sekrup.
2. Osteotomy dagu (Chin Osteotomy)
Prosedur ini dikenal sebagai genioplasty dan bertujuan untuk mengubah bentuk atau posisi dagu, baik untuk alasan medis maupun estetika. Beberapa indikasi meliputi:
- Dagu yang terlalu maju atau mundur (mikrogenia atau makrogenia).
- Memperbaiki simetri wajah.
Dokter bedah biasanya akan memotong tulang dagu, menggesernya ke depan atau ke belakang, lalu menahannya dengan perangkat khusus.
3. Osteotomy siku (Elbow Osteotomy)
Osteotomy siku dilakukan untuk mengoreksi deformitas atau meningkatkan mobilitas siku, terutama setelah cedera atau patah tulang yang tidak sembuh dengan baik.
- Digunakan pada kasus seperti deformitas kubitus valgus atau varus (kelengkungan siku abnormal).
- Membantu meningkatkan fungsi siku, terutama untuk aktivitas harian.
4. Osteotomy tulang belakang (Spinal Osteotomy)
Osteotomy tulang belakang biasanya dilakukan pada pasien dengan skoliosis berat, kifosis, atau deformitas tulang belakang lainnya.
- Prosedur ini bertujuan untuk meluruskan tulang belakang dan meningkatkan postur tubuh.
- Teknik yang umum digunakan termasuk Pedicle Subtraction Osteotomy (PSO) atau Vertebral Column Resection (VCR).
Prosedur ini umumnya bersifat kompleks dan memerlukan perencanaan yang matang untuk menghindari komplikasi pada saraf tulang belakang.
Gangguan pada saraf tulang belakang sebaiknya segera ditangani. Dapatkan informasi selengkapnya di Klinik Lamina.
5. Osteotomy panggul (Hip Osteotomy)
Gangguan pada saraf tulang
Osteotomy panggul sering dilakukan untuk memperbaiki masalah pada sendi panggul, seperti:
- Displasia panggul, di mana socket panggul tidak cukup menutupi kepala tulang paha.
- Memperbaiki posisi tulang untuk mencegah atau mengurangi artritis.
Prosedur ini dapat membantu meningkatkan stabilitas sendi dan mengurangi rasa sakit, terutama pada pasien muda.
6. Osteotomy lutut (Knee Osteotomy)
Prosedur ini sangat umum dilakukan untuk pasien dengan osteoartritis di satu sisi lutut. Tujuan operasi osteotomy lutut adalah mengalihkan beban tubuh dari sisi lutut yang rusak ke sisi yang lebih sehat.
Manfaat osteotomy pada lutut dapat diaplikasikan oleh pasien muda yang ingin menunda penggantian sendi lutut secara total atau Total Knee Replacement (TKR).
Prosesnya melibatkan pemotongan tulang di sekitar lutut (biasanya tulang paha atau tulang kering) dan mengubah sudutnya untuk memperbaiki keseimbangan beban.
7. Osteotomy jempol dan kaki (Big Toe and Foot Osteotomy)
Osteotomy kaki sering digunakan untuk memperbaiki deformitas seperti hallux valgus (bunion) atau kelainan bentuk lainnya pada kaki dan jari kaki.
Prosedur ini dapat membantu meluruskan tulang jempol kaki atau tulang-tulang lain di kaki yang mengalami kelainan posisi. Selain itu, dapat mengurangi rasa sakit dan memperbaiki kemampuan berjalan.
Apa yang Terjadi Selama Prosedur Osteotomy?
Prosedur bedah tulang dengan osteotomy melibatkan beberapa tahap utama, yang dilakukan oleh tim medis ahli untuk memastikan hasil yang aman dan efektif.
Berikut adalah penjelasan mengenai langkah-langkah umum yang terjadi selama osteotomy:
1. Persiapan sebelum operasi
- Anestesi : Pasien akan diberikan anestesi umum untuk memastikan mereka tidak merasakan sakit selama prosedur. Dalam beberapa kasus tertentu, anestesi regional dapat digunakan untuk membius area yang akan dioperasi.
- Sterilisasi : Area tubuh yang akan dioperasi dibersihkan dan disterilkan untuk mencegah infeksi.
2. Pemotongan dan penyesuaian tulang
- Membuat akses ke tulang : Dokter bedah akan membuat sayatan di kulit dan jaringan di atas area tulang yang akan diperbaiki. Lokasi sayatan bergantung pada jenis osteotomy, misalnya pada lutut, rahang, atau tulang belakang.
- Pemotongan tulang :Dengan menggunakan alat bedah seperti gergaji kecil atau laser, dokter memotong tulang pada titik yang sudah direncanakan sebelumnya. Proses inilah yang disebut dengan osteotomy.
- Penyesuaian posisi tulang : Setelah dipotong, tulang akan diposisikan ulang untuk memperbaiki deformitas atau mengembalikan fungsi normal. Contohnya, pada osteotomy pada lutut, sudut tulang diubah untuk mengalihkan beban tubuh ke sisi lutut yang lebih sehat.
3. Penstabilan struktur tulang
- Penggunaan implan : Tulang yang telah dipotong dan diposisikan ulang akan distabilkan menggunakan perangkat seperti plat logam, sekrup, atau kawat. Perangkat ini berfungsi untuk menjaga tulang tetap di posisi yang benar selama proses penyembuhan.
- Cangkok tulang (jika diperlukan) : Dalam beberapa kasus, dokter mungkin menggunakan cangkok tulang untuk mengisi celah yang dihasilkan dari proses pemotongan. Cangkok ini bisa berasal dari tulang pasien sendiri (autograft) atau bahan sintetis (allograft).
4. Penutupan luka
- Menutup sayatan : Setelah tulang distabilkan, jaringan di sekitar tulang akan dijahit kembali. Sayatan kulit juga ditutup menggunakan jahitan atau staples bedah.
- Pemasangan perban : Area yang dioperasi biasanya dilindungi dengan perban atau gips untuk mencegah gerakan berlebih yang dapat mengganggu penyembuhan.
5. Setelah prosedur di ruang operasi
- Pemantauan pascaoperasi : Pasien akan dipindahkan ke ruang pemulihan untuk dipantau hingga efek anestesi hilang. Tim medis akan memeriksa tanda-tanda vital seperti tekanan darah, denyut nadi, dan pernapasan.
- Meredakan rasa nyeri : Obat pereda nyeri biasanya diberikan untuk membantu pasien mengatasi rasa sakit setelah prosedur.
Bagaimana Langkah Pemulihan setelah Osteotomy?
Pemulihan dan perawatan pasca osteotomy menjadi fase yang krusial untuk memastikan hasil operasi optimal dan mencegah komplikasi.
Proses penyembuhan dapat berlangsung selama beberapa minggu hingga beberapa bulan, tergantung pada jenis osteotomy dan kondisi kesehatan pasien.
Berikut adalah penjelasan rinci mengenai apa yang harus dilakukan selama pemulihan dan perawatan mandiri untuk mempercepat penyembuhan.
Langkah 1 : Istirahat dan imobilisasi
Sebagian besar pasien akan membutuhkan waktu istirahat penuh selama beberapa hari hingga minggu pertama pascaoperasi.
Area yang dioperasi mungkin akan diberi gips, penyangga, atau alat imobilisasi lainnya untuk menjaga posisi tulang tetap stabil selama penyembuhan.
Langkah 2 : Rehabilitasi dengan terapi fisik
Setelah beberapa minggu, dokter biasanya akan merekomendasikan terapi fisik untuk membantu memulihkan kekuatan otot, fleksibilitas, dan mobilitas.
Terapi ini disesuaikan dengan lokasi operasi. Misalnya, pada osteotomy lutut, latihan bertahap diberikan untuk meningkatkan rentang gerak tanpa membebani tulang yang sedang sembuh.
Langkah 3 : Manajemen nyeri dan terapi obat-obatan
Obat pereda nyeri seperti analgesik atau antiinflamasi nonsteroid (NSAID) sering diresepkan untuk mengelola ketidaknyamanan pascaoperasi.
Jika tulang memerlukan cangkok atau pemasangan perangkat logam, dokter mungkin meresepkan antibiotik untuk mencegah infeksi.
Langkah 4 : Pemantauan luka setelah operasi
Luka bekas sayatan harus diperiksa secara rutin untuk memastikan tidak ada tanda-tanda infeksi, seperti kemerahan, bengkak, atau keluarnya cairan.
Jahitan atau staples biasanya dilepas dalam 10–14 hari, tergantung pada lokasi dan kondisi penyembuhan.
Upaya pemulihan memerlukan evaluasi berkala melalui X-ray atau pemeriksaan lainnya untuk memastikan tulang menyatu dengan baik dan perangkat penstabil tetap pada tempatnya.
Pemulihan osteotomy memerlukan kesabaran karena tulang membutuhkan waktu untuk menyatu kembali dan menyesuaikan diri dengan posisi barunya.
Sebagian besar pasien dapat mulai kembali ke aktivitas normal dalam 3 hingga 6 bulan, tergantung pada tingkat keparahan dan lokasi prosedur.
Risiko dan Komplikasi Osteotomy
Pada penerapannya, dokter bedah akan mengevaluasi faktor risiko individu sebelum prosedur dilakukan untuk meminimalkan kemungkinan komplikasi osteotomy.
Berikut adalah risiko dan komplikasi yang mungkin terjadi selama atau setelah osteotomy:
1. Infeksi
Infeksi dapat terjadi pada luka operasi atau di sekitar perangkat penstabil (seperti plat atau sekrup). Gejalanya berupa kemerahan, bengkak, nyeri yang meningkat, atau keluarnya cairan dari luka.
2. Pendarahan atau hematoma
Prosedur bedah melibatkan pemotongan tulang dan jaringan, sehingga ada risiko kerusakan pembuluh darah. Gejala risiko ini dapat berupa pembengkakan atau memar yang tidak wajar di sekitar area operasi.
3. Kerusakan saraf atau pembuluh darah
Pemotongan tulang atau pemasangan perangkat bisa merusak saraf atau pembuluh darah di dekat area operasi. Gejalanya dapat berupa mati rasa, kesemutan, atau kehilangan fungsi pada bagian tubuh tertentu.
4. Gagal fusi tulang (Nonunion)
Gagal fusi tulang dapat disebabkan oleh tulang yang dipotong tidak menyatu kembali seperti yang diharapkan. Hal ini dapat disebabkan oleh kurangnya stabilisasi, kekurangan nutrisi, atau kondisi seperti osteoporosis.
5. Sendi kaku
Kaku pada persendian dapat disebabkan oleh kurangnya mobilisasi selama pemulihan atau komplikasi dari operasi itu sendiri. Efeknya dapat menurunkan rentang gerak pada sendi di sekitar area operasi, seperti lutut atau siku.
6. Nyeri kronis
Nyeri kronis disebabkan oleh iritasi saraf, peradangan, atau posisi tulang yang tidak ideal setelah prosedur. Sebagian pasien melaporkan nyeri persisten yang membutuhkan manajemen nyeri jangka panjang.
7. Pergerakan atau kegagalan implan
Kondisi ini dapat disebabkan oleh pemasangan plat, sekrup, atau perangkat lainnya yang bergeser atau patah jika tulang tidak sembuh dengan baik.
8. Tromboemboli (penggumpalan darah)
Tromboemboli disebabkan oleh pasien yang kurang bergerak setelah operasi. Gejalanya berupa terbentuknya bekuan darah, seperti Deep Vein Thrombosis (DVT).
Jika bekuan darah bergerak ke paru-paru, dapat menyebabkan emboli paru, kondisi yang mengancam jiwa.
9. Deformitas atau masalah penjajaran ulang tulang
Kondisi ini disebabkan oleh tulang yang tidak menyatu dalam posisi yang benar sehingga menyebabkan deformitas atau ketidakseimbangan beban pada area tersebut.
10. Reaksi terhadap anestesi atau obat-obatan
Sebagian pasien mungkin mengalami reaksi alergi terhadap anestesi, antibiotik, atau obat pereda nyeri. Gejalanya berupa gatal-gatal, kesulitan bernapas, atau gejala alergi lainnya.
Komplikasi yang serius jarang terjadi, tetapi jika muncul gejala yang mencurigakan seperti nyeri tak tertahankan, demam tinggi, atau pembengkakan ekstrem, segera konsultasikan dengan dokter.
Dengan perencanaan yang matang dan perawatan yang baik, sebagian besar pasien dapat pulih dengan hasil yang memuaskan.
Lamina Pain and Spine Center : Penanganan Terbaik Untuk Saraf kejepit
Lamina Pain and Spine Center hadir dengan layanan medis inovatif yang fokus pada penanganan nyeri tulang belakang dan sendi tanpa perlu prosedur pembedahan besar.
Salah satu terapi unggulan yang ditawarkan adalah endoskopi Joimax, sebuah teknik minimal invasif yang bertujuan mengurangi peradangan dan memperbaiki fungsi sendi dengan tingkat risiko yang lebih rendah.
Teknologi endoskopi Joimax, yang dikembangkan di Jerman, diterapkan oleh tim dokter spesialis bedah saraf yang berpengalaman di Klinik Lamina.
Dengan memanfaatkan peralatan canggih ini, klinik ini mampu memberikan penanganan yang presisi dan efektif untuk berbagai kondisi tulang belakang, termasuk nyeri kronis dan cedera tulang belakang.
Dengan perpaduan antara teknologi terkini dan keterampilan medis yang mendalam, Klinik Lamina Pain and Spine Center telah mendapatkan reputasi sebagai salah satu pusat pengobatan nyeri dan tulang belakang terkemuka di kawasan Asia Tenggara.
Selain pengobatan medis, Klinik Lamina juga menawarkan program rehabilitasi yang komprehensif. Program ini dirancang untuk mendukung proses pemulihan pasien melalui pendekatan fisioterapi dan latihan yang dipersonalisasi sesuai dengan kebutuhan setiap individu.
Tujuannya adalah untuk mengembalikan fungsi sendi dan meningkatkan kualitas hidup pasien secara keseluruhan.
Jika Anda membutuhkan perawatan untuk scoliosis atau masalah tulang belakang lainnya, jangan ragu untuk berkonsultasi dengan dokter spesialis di Klinik Lamina.
Jadwalkan janji temu Anda dan konsultasikan kondisi nyeri punggung atau saraf kejepit dengan dokter spesialis di Lamina Pain and Spine Center melalui nomor 0811 1443 599.