Bone Spur pada Tulang Belakang Adalah Penyebab Saraf Kejepit yang Harus Diwaspadai

spur pada tulang adalah

Bone spur atau taji tulang pada tulang belakang adalah kondisi yang kerap diabaikan hingga menimbulkan gejala nyeri yang cukup mengganggu. 

Meski istilah “spur” mungkin terdengar seperti pertumbuhan tumor atau jaringan abnormal, sebenarnya kondisi ini merupakan proses alami yang terjadi sebagai respons tubuh terhadap perubahan struktur tulang belakang. 

Dalam dunia medis, spur pada tulang disebut juga sebagai osteofit , yaitu pertumbuhan tulang tambahan yang biasanya muncul di tepi tulang belakang (vertebrae).

Kondisi ini paling sering ditemukan pada usia lanjut akibat proses degeneratif sendi dan tulang. Namun, tidak jarang juga ditemukan pada usia muda karena faktor gaya hidup, pekerjaan, atau cedera berulang. 

Salah satu lokasi paling umum adalah di daerah leher atau cervical spine, sehingga banyak pasien bertanya, apa sebenarnya penyebab dari bone spur ini? 

Apa Itu Bone Spur pada Tulang Belakang?

Bone spur atau osteofit adalah tonjolan tulang ekstra yang terbentuk di tepi tulang belakang. Tonjolan ini bisa terbentuk di bagian mana saja dari tulang belakang, baik di bagian leher (servikal), punggung tengah (toraks), maupun punggung bawah (lumbal). 

Umumnya, osteofit tidak langsung menyebabkan rasa sakit, namun jika ukuran atau posisinya mengenai saraf atau sumsum tulang belakang, maka akan menimbulkan gejala seperti nyeri, mati rasa, bahkan kesemutan.

Pembentukan osteofit adalah mekanisme adaptif tubuh untuk meningkatkan stabilitas tulang belakang ketika terjadi kerusakan pada sendi atau diskus intervertebralis (bantalan antar tulang belakang). 

Proses ini sering kali berkaitan dengan osteoartritis , yaitu peradangan kronis pada sendi yang menyebabkan pengikisan tulang rawan.

Penyebab Bone Spur pada Tulang Leher

Salah satu lokasi paling rentan terkena bone spur adalah tulang leher (servikal) . Ada beberapa faktor utama yang menjadi penyebab bone spur pada tulang leher:

Degenerasi Sendi dan Diskus Intervertebralis

Seiring bertambahnya usia, bantalan antar tulang belakang mulai aus. Ini menyebabkan permukaan tulang saling bergesekan, memicu pembentukan osteofit sebagai respon alami tubuh untuk menstabilkan area tersebut.

Postur Tubuh yang Buruk

Bekerja di depan komputer dalam waktu lama, menggunakan gawai sambil membungkuk, atau tidur dengan posisi kepala yang tidak ergonomis dapat meningkatkan tekanan pada tulang leher.

Cedera atau Trauma

Cedera pada leher, seperti benturan atau kecelakaan, dapat merusak struktur tulang belakang dan memicu reaksi pembentukan tulang baru.

Gaya Hidup Pasif

Kurangnya aktivitas fisik dan olahraga menyebabkan otot-otot penopang tulang belakang melemah, meningkatkan risiko kerusakan pada struktur tulang dan sendi.

Rokok dan Polusi Udara

Merokok diketahui mempercepat proses degradasi tulang rawan dan mengurangi suplai darah ke jaringan tulang, sehingga memicu pembentukan osteofit.

Spur pada Tulang dan Nyeri Saraf

Salah satu efek yang paling mengganggu dari bone spur adalah nyeri saraf . Ketika osteofit tumbuh ke arah kanal spinal atau foramen intervertebralis (saluran tempat keluarnya saraf), maka saraf bisa tertekan atau terjepit. Inilah yang dikenal sebagai saraf kejepit .

Gejala yang sering muncul akibat tekanan saraf meliputi:

  • Nyeri menusuk di leher atau punggung
  • Rasa mati rasa dan kesemutan di lengan atau kaki
  • Otot terasa lemah
  • Gangguan koordinasi gerakan
  • Sakit kepala tipe cervicogenic (berasal dari leher)

Jika tidak ditangani dengan baik, kondisi ini bisa mengganggu aktivitas sehari-hari dan menurunkan kualitas hidup.

Gejala Bone Spur yang Menyebabkan Saraf Kejepit

Tidak semua orang dengan osteofit mengalami gejala. Namun, bagi yang mengalami gangguan saraf, gejala yang umum muncul adalah:

  1. Nyeri Lokal atau Menyebar: Nyeri bisa dirasakan di leher, bahu, punggung, atau menjalar ke lengan dan tangan (pada kasus servikal) atau ke pinggul dan kaki (pada kasus lumbal).
  2. Mati Rasa dan Kesemutan: Disebabkan oleh tekanan pada saraf perifer yang keluar dari tulang belakang.
  3. Kelemahan Otot: Jika saraf motorik terganggu, maka bisa terjadi penurunan kekuatan otot yang membuat gerakan menjadi lambat atau sulit dilakukan.
  4. Penurunan Refleks: Beberapa pasien mengalami refleks yang lebih lambat atau bahkan hilang.
  5. Kesulitan Berjalan atau Hilang Keseimbangan: Pada kasus yang parah, osteofit yang besar bisa menekan sumsum tulang belakang dan menyebabkan masalah neurologis yang lebih serius.

Cara Mengatasi Bone Spur Tulang Belakang

Ada berbagai cara mengatasi tulang tumbuh (bone spur), tergantung tingkat keparahan dan gejala yang dialami. Secara umum, penanganan dibagi menjadi dua kategori:

1. Non-Pembedahan (Tanpa Operasi)

  • Obat Pereda Nyeri dan Anti-Inflamasi
    • NSAID seperti ibuprofen atau naproxen sering diresepkan untuk mengurangi peradangan dan nyeri.
  • Fisioterapi
    • Latihan penguatan otot inti dan fleksibilitas bisa membantu menopang tulang belakang dan mengurangi tekanan pada saraf.
  • Terapi Injeksi Epidural
    • Injeksi kortison ke area sekitar saraf dapat memberikan pengurangan nyeri sementara.
  • Akupunktur dan Terapi Alternatif
    • Beberapa pasien mendapatkan manfaat dari akupunktur, terapi pijat, atau yoga terapeutik.
  • Teknologi Endoskopi Minimally Invasive
    • Seperti penggunaan sistem Joimax , yang memungkinkan dokter melakukan dekompresi saraf secara presisi tanpa harus melakukan sayatan besar.

2. Pembedahan

  • Jika gejala sangat berat dan tidak membaik dengan pengobatan non-operatif, dokter mungkin menyarankan operasi untuk menghilangkan osteofit atau memperluas saluran saraf (laminektomi).

Pengobatan Bone Spur Tanpa Operasi

Banyak pasien yang ingin mencari pengobatan bone spur tanpa operasi karena risiko dan masa pemulihan yang panjang. Untungnya, perkembangan teknologi kedokteran telah memberikan alternatif yang aman dan efektif, salah satunya adalah teknologi endoskopi Joimax .

Sistem ini menggunakan kamera mini dan alat bedah mikro yang dimasukkan melalui lubang kecil di kulit, sehingga tidak memerlukan sayatan besar. Prosedur ini dilakukan di bawah anestesi lokal atau sedasi ringan, dan pasien bisa pulang dalam hari yang sama.

Metode ini memiliki beberapa keunggulan:

  • Minim trauma jaringan
  • Pemulihan lebih cepat
  • Biaya lebih rendah dibanding operasi konvensional
  • Kontrol langsung visual melalui monitor

Di Indonesia, teknologi ini sudah tersedia di beberapa klinik spesialis ortopedi dan saraf, salah satunya adalah Klinik Lamina , yang fokus pada penanganan gangguan tulang belakang secara minimal invasif.

Apakah Bone Spur Bisa Sembuh Total?

Pertanyaan penting yang sering diajukan pasien adalah, apakah bone spur bisa sembuh total? Sayangnya, osteofit adalah perubahan permanen pada struktur tulang , sehingga tidak bisa sepenuhnya hilang. Namun, gejala yang ditimbulkan bisa dikurangi atau bahkan dihilangkan dengan penanganan yang tepat.

Tujuan utama pengobatan bukanlah untuk menghilangkan osteofit sepenuhnya, tetapi untuk mengurangi tekanan pada saraf dan mencegah kerusakan lebih lanjut . Dengan pendekatan yang benar, pasien bisa kembali menjalani aktivitas normal tanpa nyeri.

Bone Spur pada Tulang Belakang dan Pengaruhnya pada Saraf

Bone spur pada tulang belakang bisa mempunyai dampak signifikan terhadap sistem saraf. Karena letaknya yang berdekatan dengan sumsum tulang belakang dan saraf spinal, osteofit bisa menyebabkan:

  • Stenosis spinal : Penyempitan kanal tulang belakang yang menekan sumsum tulang belakang.
  • Radikulopati : Nyeri yang menjalar sepanjang jalur saraf akibat tekanan pada akar saraf.
  • Neuropati perifer : Kerusakan saraf yang menyebabkan mati rasa, kesemutan, atau kelemahan otot.

Penting untuk mengetahui bahwa meskipun osteofit bersifat stabil dan tidak selalu aktif, mereka tetap bisa berkembang seiring waktu dan menyebabkan gejala yang semakin buruk jika tidak dirawat dengan baik.

Mengatasi Saraf Kejepit Akibat Bone Spur dengan Joimax di Klinik Lamina

Untuk mengatasi saraf kejepit akibat bone spur, Klinik Lamina telah mengadopsi teknologi Joimax , sebuah sistem endoskopi minimally invasive yang inovatif dan efektif. Teknologi ini memungkinkan dokter melakukan dekompresi saraf secara presisi tanpa harus membuka tulang secara luas.

Prosedur ini bekerja dengan prinsip:

  • Memasukkan kamera berukuran sangat kecil (endoskop) melalui insisi kurang dari 1 cm.
  • Dokter bedah bisa melihat struktur saraf dan tulang secara real-time melalui layar monitor.
  • Alat bedah khusus digunakan untuk menghilangkan bagian osteofit yang menekan saraf.
  • Tidak ada pemotongan otot besar atau pengangkatan tulang secara luas.

Hasil yang didapat pasien setelah menjalani prosedur ini biasanya:

  • Nyeri berkurang drastis dalam hitungan hari
  • Mobilitas kembali normal
  • Tidak ada bekas luka besar
  • Pemulihan hanya membutuhkan beberapa hari hingga minggu

Klinik Lamina sebagai pusat rehabilitasi dan penanganan gangguan tulang belakang di Indonesia, telah berhasil menangani ribuan kasus saraf kejepit dengan metode ini, termasuk kasus yang sebelumnya direkomendasikan untuk operasi besar.

Spur pada tulang belakang adalah kondisi yang sering terjadi akibat proses degeneratif atau trauma. Meskipun tidak selalu bergejala, jika osteofit menekan saraf, maka akan timbul nyeri dan gangguan neurologis yang bisa mengganggu aktivitas sehari-hari.

Beruntung, dengan kemajuan teknologi medis seperti sistem Joimax , pasien kini bisa mengatasi saraf kejepit akibat bone spur dengan prosedur minimally invasive yang aman, cepat, dan efektif. Klinik Lamina menjadi salah satu pionir dalam penggunaan teknologi ini di Indonesia, memberikan solusi pengobatan bone spur tanpa operasi yang nyata dan terbukti hasilnya.

Jika Anda atau keluarga mengalami gejala seperti nyeri leher, mati rasa, atau kesemutan yang tidak kunjung membaik, segera konsultasikan ke dokter spesialis kami di Lamina Pain and Spine Center. 

Untuk informasi lebih lanjut, hubungi Klinik Lamina melalui nomor Whatsapp 0811-1443-599. Deteksi dini dan penanganan yang tepat bisa mencegah komplikasi lebih lanjut dan membantu Anda kembali menjalani hidup secara aktif dan produktif.

***

Featured photo from: Freepik

Ditinjau Oleh:

Tambahkan Teks Tajuk Anda Di Sini

Share via:
Facebook
Threads
WhatsApp
Artikel Terkait
Artikel Terkait
Artikel Populer
Topik Populer