Ngobrol Santai di Podcast dr. Tirta: Menelusuri Joimax,  Teknologi Canggih Penanganan Saraf Kejepit Tanpa Operasi 

penanganan saraf kejepit tanpa operasi

Di dunia medis saat ini, munculnya inovasi dan teknologi baru kerap menjadi sorotan, terutama ketika menyangkut penanganan penyakit kompleks seperti saraf kejepit (hernia nukleus pulposus/HNP). 

Podcast kolaborasi antara dr. Tirta dan dr. Mahdian Nasution yang hadir di kanal YouTube Tirta PengPengPeng, mengupas tuntas isu ini dengan gaya santai namun penuh makna, menyajikan informasi yang sangat relevan bagi masyarakat luas, khususnya Anda yang berkutat dengan masalah kesehatan tulang belakang.

Memahami Fenomena Saraf Kejepit dan Transformasi Teknologinya

“Orang Indonesia Wajib Tahu Ini”, itulah tajuk podcast yang langsung membetot perhatian. Dari awal, diskusi berfokus pada masalah tulang belakang di Indonesia. 

Bersama dr. Tirta, seorang dokter muda sekaligus digital creator, dan dr. Mahdian Nur Nasution, Sp.BS, dokter spesialis bedah saraf yang telah memiliki jam terbang tinggi di bidang tulang belakang (spine), duduk bersama untuk membedah isu yang banyak dialami masyarakat saat ini, yaitu saraf kejepit.

“Selama hampir 10 tahun berpraktik, mayoritas pasien spine itu masih didominasi kelompok usia di atas 50 tahun, sekitar 70%. Namun, tren anak muda yang mengalami masalah ini terus meningkat, terutama sejak gaya hidup berubah,” papar dr. Mahdian

Hal ini sejalan dengan kebiasaan baru masyarakat, termasuk aktivitas gym yang tidak memperhatikan teknik, atau penggunaan gadget berlebihan tanpa postur yang benar. 

Perubahan gaya hidup dan kultur ‘serba empuk’ seperti kursi, kasur, serta kebiasaan duduk di lantai bagi pekerja WFH (work from home) menjadikan keluhan pegal atau nyeri di usia muda semakin banyak ditemukan. 

“Kalau zaman dulu, orang tua kita kuat angkat hasil panen dan biasa tidur di lantai keras, otot pinggang mereka lebih terlatih. Sekarang, struktur otot cenderung lemah akibat kemalasan fisik,” ungkap dr. Mahdian. 

Inilah mengapa, penyakit yang dulu hanya ditemukan di usia lanjut, kini kian umum menyerang usia produktif.

Sebenarnya, Apa Penyebab Utama Saraf Kejepit? 

Ternyata, tidak semua nyeri di pinggang atau leher berarti saraf kejepit. dr. Mahdian menekankan, ada sekitar 10 problem terpisah yang bisa menjadi penyebab, seperti cedera otot, cedera sendi, tulang bergeser, cedera bantalan, hingga infeksi, tumor, atau patah tulang. 

“Saraf kejepit atau HNP hanya bisa ditegakkan lewat MRI, bukan sekadar diagnosis mandiri atau konsultasi via AI,” tegasnya.

Kondisi saraf kejepit umumnya muncul akibat gaya hidup, olahraga angkat beban sembarangan, atau duduk dalam postur yang tidak ergonomis. 

Gejala awal bisa berupa nyeri lokal, lalu menjalar ke tungkai, bahkan kesemutan. Apabila diabaikan, fase sensorik (rasa kesemutan/baal) bisa berubah menjadi kerusakan motorik: kaki melemah, atau terjadi drop foot

Dalam fase terberat, bisa terjadi disfungsi otonom, seperti sulit menahan buang air kecil atau besar.

“Ketika alarm tubuh berupa nyeri terjadi, itu tanda adanya masalah serius pada tubuh, tapi jika hanya mengatasinya dengan minum obat, itu justru lebih bahaya,” pesan dr. Mahdian.

Pengobatan Saraf Kejepit: Mulai dari Terapi Konservatif Hingga Minimal Invasif

Tidak selalu saraf kejepit membutuhkan operasi. Menurut dr. Mahdian, operasi menjadi pilihan apabila MRI sudah menunjukkan perubahan bentuk saraf disertai gejala berat (motorik atau otonom). 

Sementara pada tahap awal, fisioterapi, pengobatan, serta edukasi aktivitas fisik yang benar masih sangat disarankan. Lalu, bagaimana jika operasi menjadi pilihan?

Dulu, operasi tulang belakang itu menakutkan, sayatan besar, pemotongan otot dan tulang, persis laminektomi konvensional dengan bekas luka bisa mencapai 10 cm. 

Namun,  seiring berkembangnya teknologi, muncullah mikrodisektomi dengan mikroskop, memperkecil luka jadi 5cm, kadang bahkan 2,5cm. 

Lantas, sekitar tahun 2017-2018, teknologi endoskopi hadir sebagai inovasi terbaru yang diadopsi di Indonesia sebagai metode yang lebih minimal invasif dan minim risiko.

Alat endoskopi ini dilengkapi dengan kamera berukuran mikro yang dapat memperbesar gambar jaringan maupun saraf di area tulang belakang. Kelebihan lainnya adalah luka sayatan yang sangat kecil hanya sekitar 7 mm. 

Selain sayatan sangat kecil, alat-alat endoskopi juga lebih presisi; kamera dilengkapi light source, working channel, serta saluran irigasi sehingga prosedur menjadi minim trauma.

Menyoroti Joimax: Tindakan Minimal Invasif Efektif Mengatasi Saraf Kejepit Tulang Belakang

Teknologi Joimax yang berasal dari Jerman telah bertahun-tahun menjadi andalan dalam pengobatan saraf kejepit di Lamina Pain and Spine Center. 

Joimax mencakup tiga teknik untuk masalah tulang belakang, yaitu CESSYS untuk saraf kejepit leher (servikal), TESSYS, dan iLessys untuk saraf kejepit punggung (torakall) dan pinggang (lumbal).

Keunggulan dari Joimax antara lain hanya satu sayatan kecil sebesar 7 mm, waktu tindakan relatif singkat sekitar 30-45 menit, lebih aman karena tidak membakar jaringan di sekitar saraf, tingkat keberhasilan hingga 95%, dan pemulihan lebih cepat.

Dr. Mahdian juga melakukan demonstrasi terkait tindakan saraf kejepit dengan Joimax. Dengan menggunakan alat endoskop dengan kamera melihat biji paprika, sebagai ilustrasi pengambilan jaringan kecil yang menekan saraf. 

“Alat-alatnya kecil banget, ada yang hanya 1-2mm. Bahkan bila pasien mengalami stenosis akibat pengapuran tulang, digunakan bor mini berdiameter 2mm,” imbuhnya.

Tingkat trauma dan perdarahan jauh lebih kecil dibanding operasi lama, recovery pasien juga jauh lebih singkat. Pasien bisa pulang dan beraktivitas dalam waktu sangat cepat, kadang hanya butuh beberapa hari istirahat sebelum kembali bekerja.

Tips, Mitos, dan Pesan Penting untuk Masyarakat

Podcast juga membedah berbagai mitos populer seputar kesehatan tulang belakang. Salah satunya praktik ‘kretek-kretek’ (manipulasi tulang) yang banyak dianggap bermanfaat. 

Dr. Mahdian menegaskan, selama tidak ada kelainan struktur, tindakan tersebut hanya memberikan efek sugestif kenyamanan, bukan penyembuhan. 

Namun bila sudah terjadi saraf kejepit, pengapuran, atau tumor, manipulasi semacam ini berpotensi memperberat cedera, bahkan bisa berujung fatal.

Pada kasus patah tulang belakang, dahulu lazim digunakan pen atau sekrup untuk fiksasi. Kini tersedia teknologi ‘penyemenan’ (vertebroplasty/kyphoplasty) tanpa perlu pemasangan pen, terutama untuk fraktur kompresi akibat osteoporosis atau kecelakaan ringan.

Hal menarik lain adalah nasihat mengenai olahraga pasca operasi. dr. Mahdian menyarankan berenang sebagai aktivitas paling aman dan efektif memperkuat otot punggung tanpa risiko beban gravitasi berlebih pada tulang belakang. 

Aktivitas di air memungkinkan latihan otot lebih optimal, sekaligus meminimalisir risiko cedera ulang.

Refleksi Akhir: Masa Depan Dunia Medis Indonesia dalam Penanganan Saraf Kejepit

Podcast berdurasi hampir satu jam ini bukan hanya memberikan pemahaman kepada masyarakat mengenai saraf kejepit, tapi juga menyoroti pentingnya adaptasi teknologi canggih di dunia kedokteran Indonesia. 

“Tindakan minimal invasif bukan sekadar tren, melainkan kebutuhan masa kini. Semakin cepat pulih, semakin sedikit trauma, semakin baik kualitas hidup pasien,” simpul dr. Mahdian.

Sayangnya, penerapan teknologi ini di Indonesia masih menemui kendala: belum banyak fasilitas kesehatan maupun BPJS yang mampu mengcover biaya alat endoskopi seharga miliaran rupiah, serta akses pemerataan dokter spesialis yang terlatih. 

Namun, semangat berbagi ilmu dan update teknologi seperti yang dilakukan melalui podcast ini adalah langkah awal menuju sistem pelayanan kesehatan yang semakin maju dan humanis.

Podcast ini mengajarkan, bahwa diagnosis memerlukan kolaborasi antara edukasi masyarakat, perkembangan teknologi, serta kedisiplinan gaya hidup. Nyeri adalah alarm, bukan musuh yang harus ‘dimatikan’ paksa. 

Dengan teknologi endoskopi, era “sayatan besar, luka dalam, pemulihan lama” perlahan akan digantikan dengan “sayatan kecil, minim trauma, cepat pulih”, menjadikan harapan hidup sehat semakin nyata untuk seluruh masyarakat Indonesia.

Jika Anda memiliki keluhan saraf kejepit, segeralah memeriksakan diri ke Lamina Pain and Spine Center. Ditangani langsung oleh tim dokter spesialis berpengalaman dengan teknologi canggih, saraf kejepit sembuh tuntas dan Anda bisa beraktivitas kembali.

Silakan buat janji konsultasi dengan dokter spesialis di Lamina dengan menghubungi nomor Whatsapp 0811-1443-599.

Facebook
WhatsApp
Artikel Terkait
Artikel Populer
Topik Populer