Spondilodiskitis adalah infeksi serius pada tulang belakang dan cakram antar ruas yang dapat menyebabkan nyeri hebat, kelemahan, hingga risiko kecacatan jika tidak ditangani secara tepat.
Infeksi ini dapat disebabkan oleh bakteri, virus, atau bahkan jamur, dan sering kali menimbulkan gejala yang tidak spesifik sehingga diagnosisnya kerap terlambat. Keterlambatan diagnosis berpotensi meningkatkan risiko komplikasi serius, bahkan kematian, jika tidak ditangani dengan tepat dan cepat.
Oleh karena itu, sangat penting mengenali gejalanya sejak dini dan segera periksakan diri ke dokter ahli.
Anda bisa berkonsultasi dengan dokter spesialis kami di Rumah Sakit Khusus Bedah Lamina dengan menhubungi nomor 0811-1443-599.
Daftar Isi Artikel
Apa Itu Spondilodiskitis?
Spondilodiskitis merupakan infeksi pada diskus intervertebralis (bantalan tulang belakang) dan tulang belakang yang berdekatan, umumnya akibat masuknya mikroorganisme patogen, terutama bakteri, melalui aliran darah (hematogen).
Infeksi ini menyebabkan peradangan yang dapat merusak struktur diskus dan tulang belakang.
Jika struktur diskus rusak, maka bisa menekan saraf di sekitarnya dan menyebabkan saraf kejepit. Kondisi ini dapat menimbulkan gejala nyeri tajam, nyeri menjalar, bahkan hilangnya fungsi motorik.
Apa Penyebabnya?
Beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko seseorang terkena spondilodiskitis antara lain:
- Usia lanjut
- Penyakit kronis seperti diabetes mellitus
- Riwayat konsumsi alkohol berlebihan
- Riwayat cedera atau intervensi pada tulang belakang
- Infeksi lokal atau sistemik yang menyebar ke tulang belakang
Penyebab paling umum adalah bakteri piogenik, terutama Staphylococcus aureus, namun bisa juga disebabkan oleh bakteri lain, virus, atau jamur.
Seperti Apa Gejalanya?
Gejala spondilodiskitis sering kali tidak spesifik, sehingga mudah terabaikan, di antaranya:
- Nyeri punggung lokal yang terus-menerus dan memburuk
- Demam (tidak selalu muncul)
- Kelemahan atau kesemutan pada anggota gerak
- Penurunan berat badan tanpa sebab jelas
- Gangguan mobilitas (kesulitan berjalan, membungkuk, atau berdiri lama)
- Pada kasus berat, bisa timbul kelainan bentuk tulang belakang dan gejala neurologis seperti kelumpuhan
Karena gejalanya sering samar, penting untuk segera memeriksakan diri jika mengalami nyeri punggung yang tidak membaik dengan pengobatan biasa, terutama bila disertai faktor risiko di atas.
Cara Mendiagnosis Spondilodiskitis
Diagnosis spondilodiskitis memerlukan kombinasi pemeriksaan klinis, laboratorium, dan radiologi. Pemeriksaan penunjang yang umum digunakan meliputi:
- MRI tulang belakang: Pemeriksaan paling sensitif untuk mendeteksi infeksi dini pada diskus dan vertebra.
- CT scan: Membantu melihat kerusakan tulang secara detail.
- Foto rontgen: Biasanya baru menunjukkan perubahan setelah infeksi berlangsung beberapa minggu.
- Pemeriksaan darah: Peningkatan leukosit, laju endap darah (LED), dan CRP (C-reactive protein).
- Biopsi atau kultur jaringan: Untuk memastikan jenis mikroorganisme penyebab infeksi.
Komplikasi yang Mungkin Terjadi
Jika tidak segera ditangani, spondilodiskitis dapat menimbulkan komplikasi serius, seperti:
- Abses epidural (penumpukan nanah di sekitar tulang belakang)
- Kerusakan jaringan tulang dan diskus permanen
- Kelumpuhan akibat penekanan saraf tulang belakang
- Sepsis (infeksi sistemik yang mengancam nyawa)
Oleh karena itu, deteksi dini dan penanganan yang tepat sangat krusial untuk mencegah komplikasi tersebut.
Penanganan Spondilodiskitis
Pada tahap awal atau kasus ringan, penanganan spondilodiskitis dapat dilakukan dengan:
- Antibiotik spektrum luas sesuai hasil kultur dan sensitivitas
- Imobilisasi atau pembatasan aktivitas fisik
- Analgesik untuk mengurangi nyeri
Namun, jika terjadi kegagalan terapi konservatif, abses, instabilitas tulang belakang, atau gejala neurologis berat, tindakan intervensi atau pembedahan minimal invasif menjadi pilihan utama.
RS. Khusus Bedah Lamina: Solusi Tepat Mengatasi Spondilodiskitis
Rumah Sakit Khusus Bedah Lamina merupakan pusat layanan kesehatan yang bertransformasi dari Lamina Pain and Spine Center, dengan fokus utama pada penanganan masalah bedah saraf dan tulang belakang, termasuk spondilodiskitis.
Rumah sakit ini dilengkapi dengan fasilitas penunjang diagnostik modern seperti X-ray, dan CT scan yang mendukung diagnosa akurat untuk infeksi dan peradangan pada tulang belakang. Tim medis profesional terdiri dari dokter spesialis bedah saraf dan ortopedi subspesialis tulang belakang yang berpengalaman, serta didukung oleh teknologi minimal invasif, seperti teknik endoskopi Joimax dari Jerman, yang memungkinkan tindakan bedah dengan sayatan kecil dan pemulihan lebih cepat.
Selain itu, adanya laboratorium dan farmasi 24 jam memastikan pemberian terapi obat dan pemeriksaan laboratorium yang optimal. Dengan standar pelayanan bertaraf internasional dan pendekatan humanis, Lamina memberikan solusi komprehensif untuk mengatasi spondilodiskitis secara efektif dan aman bagi pasien.
Jika Anda atau keluarga mengalami nyeri punggung yang tidak kunjung membaik, terutama disertai faktor risiko infeksi, jangan tunda untuk memeriksakan diri ke dokter ahli. Penanganan spondilodiskitis dengan prosedur minimal invasif terbukti lebih efektif, aman, dan pemulihan lebih cepat dibanding operasi konvensional.
Jangan tunggu hingga komplikasi terjadi! Segera konsultasikan keluhan Anda dengan dokter spesialis di RS. Lamina untuk mendapatkan diagnosis dan penanganan yang tepat.
Untuk informasi lebih lanjut terkait jadwal konsultasi, silakan hubungi kami melalui nomor Whatsapp 0811-1443-599.
Frequently Asked Questions (FAQ) tentang Spondilodiskitis
- Apa itu spondilodiskitis?
Spondilodiskitis adalah infeksi pada cakram intervertebralis dan vertebra yang berdekatan, biasanya disebabkan oleh bakteri atau virus.
- Apa gejala umum spondilodiskitis?
Gejala yang sering muncul meliputi nyeri lokal pada tulang belakang, demam, dan tanda-tanda neurologis jika struktur tulang mengalami kerusakan.
- Siapa yang berisiko terkena spondilodiskitis?
Orang dengan kondisi seperti diabetes mellitus, alkoholisme, infeksi HIV, atau yang pernah mengalami intervensi tulang belakang memiliki risiko lebih tinggi terkena spondilodiskitis.
Sumber foto: Freepik








