Dampak Sedentary Lifestyle dan Hubungannya dengan Saraf Kejepit

sedentary lifestyle

Pernahkah Anda menyadari bahwa gaya hidup modern seringkali membuat kita lebih banyak duduk daripada bergerak? Pasalnya, gaya hidup yang kini populer dengan istilah ‘kaum rebahan’ atau sedentary lifestyle ini, berkontribusi pada berbagai masalah kesehatan, termasuk risiko tinggi terkena saraf kejepit. 

Untuk mengetahui lebih lanjut, kami akan mengulas secara ringan tentang dampak sedentary lifestyle, terutama terkait saraf kejepit, dan cara-cara sederhana untuk menghindarinya.

Apa Itu Sedentary Lifestyle?

Sedentary lifestyle adalah gaya hidup yang minim aktivitas fisik dan lebih banyak dihabiskan dengan duduk atau berbaring, seperti bekerja di depan komputer, menonton televisi, atau bermain ponsel dalam waktu lama. 

Ciri-ciri utama dari sedentary lifestyle adalah durasi duduk yang panjang setiap harinya dan kurangnya kegiatan yang melibatkan pergerakan tubuh.

Mengapa Sedentary Lifestyle Menjadi Masalah Kesehatan?

Kebiasaan duduk berjam-jam ternyata berisiko bagi kesehatan karena memperlambat metabolisme tubuh, memperburuk sirkulasi darah, dan melemahkan otot. 

Pola hidup ini juga memicu berbagai penyakit, mulai dari obesitas hingga masalah jantung. 

Sedentary lifestyle bahkan dikaitkan dengan meningkatnya risiko saraf kejepit akibat tekanan terus-menerus pada saraf tertentu.

Dampak Sedentary Lifestyle terhadap Kesehatan

Berikut ini adalah berbagai dampak kesehatan yang dapat timbul akibat gaya hidup kurang aktif, yaitu:

Risiko Penyakit Kronis 

Gaya hidup ini meningkatkan risiko berbagai penyakit kronis seperti diabetes, hipertensi, dan penyakit jantung. Bahkan gaya hidup kurang sehat juga dapat menjadi penyebab saraf kejepit.

Baca Juga:  Bagaimana Cara Mengetahui Anda Terkena Saraf Kejepit? Ini Penjelasannya

Kurangnya aktivitas fisik membuat tubuh sulit mengatur gula darah dan kolesterol, yang dalam jangka panjang berbahaya bagi kesehatan jantung dan pembuluh darah.

Pengaruhnya terhadap Kesehatan Mental

Sedentary lifestyle juga berdampak pada kesehatan mental. Kebiasaan ini dikaitkan dengan peningkatan stres, kecemasan, dan bahkan depresi. 

Aktivitas fisik sebenarnya mampu meningkatkan hormon “bahagia” seperti endorfin, yang sangat bermanfaat bagi kesehatan mental.

Rasa Nyeri di Tulang Belakang

Kebiasaan duduk lama dapat menyebabkan nyeri di bagian tulang belakang, seperti sakit punggung, sakit pinggang, dan leher kaku. 

Hal ini dikarenakan otot yang jarang bergerak cenderung menjadi kaku dan rentan terhadap cedera. Salah satu akibat dari gaya hidup tidak aktif ini adalah risiko saraf kejepit.

Bagaimana Sedentary Lifestyle Bisa Menyebabkan Saraf Kejepit?

Ada beberapa faktor yang dapat memicu saraf kejepit akibat gaya hidup ini, antara lain:

Tekanan pada Saraf Akibat Kurangnya Aktivitas Fisik

Tanpa aktivitas fisik, otot dan saraf di sekitar tulang belakang akan mengalami tekanan berlebih, yang bisa mengarah pada kondisi saraf kejepit. 

Tekanan ini umumnya terjadi pada saraf-saraf di sekitar punggung bawah, leher, atau bahu.

Posisi Duduk Lama dan Dampaknya pada Tulang Belakang

Duduk terlalu lama, apalagi dengan postur yang buruk, dapat menyebabkan tulang belakang tidak sejajar, yang memicu ketegangan dan kompresi saraf. Hal ini juga meningkatkan risiko nyeri punggung kronis.

Mengapa Postur Tubuh Penting untuk Mencegah Saraf Kejepit

Postur tubuh yang benar saat duduk atau berdiri sangat penting untuk mencegah saraf kejepit. 

Dengan postur yang baik, tekanan pada tulang belakang dan saraf bisa diminimalkan, sehingga risiko saraf kejepit pun berkurang.

Gejala Saraf Kejepit 

  • Nyeri pada Punggung dan Leher: Nyeri ini sering muncul akibat duduk lama dengan posisi yang tidak ergonomis.
  • Kesemutan dan Mati Rasa pada Area Tertentu: Gejala ini biasanya muncul di tangan, kaki, atau area tubuh lain yang menerima tekanan terus-menerus.
  • Kelemahan Otot Akibat Kurangnya Gerak: Otot yang jarang digerakkan menjadi lemah dan kurang fleksibel, sehingga lebih rentan mengalami cedera atau saraf kejepit.
Baca Juga:  Inilah Makanan Yang Sebaiknya Dihindari Oleh Penderita Saraf Kejepit

Cara Mengurangi Risiko Saraf Kejepit 

Cobalah untuk melakukan hal-hal di bawah ini untuk mencegah saraf kejepit:

Peregangan untuk Meningkatkan Fleksibilitas

Melakukan peregangan sederhana setiap beberapa jam bisa membantu otot tetap fleksibel dan mengurangi risiko saraf kejepit. Fokuskan peregangan pada punggung, leher, dan bahu.

Aktivitas Fisik Ringan untuk Mengurangi Risiko Saraf Kejepit

Berjalan-jalan singkat, naik turun tangga, atau melakukan latihan ringan dapat menjaga kelenturan otot dan mencegah ketegangan saraf.

Pentingnya Ergonomi dalam Kehidupan Sehari-hari

Pastikan kursi dan meja kerja mendukung postur tubuh yang baik. Kursi ergonomis dan meja dengan ketinggian yang sesuai bisa sangat membantu dalam menjaga kesehatan tulang belakang.

Mengubah Kebiasaan Duduk Lama dengan Istirahat Teratur

Beristirahatlah setiap satu jam untuk sekadar berdiri, berjalan, atau meregangkan tubuh. Kebiasaan ini membantu menjaga postur dan mengurangi tekanan pada saraf.

Rekomendasi Olahraga untuk Menjaga Postur dan Mencegah Saraf Kejepit

Pilihan olahraga seperti yoga, pilates, atau latihan peregangan lainnya sangat baik untuk memperkuat otot inti dan menjaga postur tubuh agar lebih stabil.

Menghindari Sedentary Lifestyle untuk Kesehatan Optimal

Mengurangi waktu duduk dan meningkatkan aktivitas fisik adalah langkah sederhana namun penting untuk menjaga kesehatan saraf dan tubuh secara keseluruhan. 

Mulailah untuk memasukkan aktivitas fisik ke dalam rutinitas harian, menjaga postur tubuh, dan memperhatikan ergonomi tempat kerja dapat membantu kita terhindar dari berbagai risiko kesehatan, termasuk saraf kejepit. 

Dengan perubahan kecil ini, kita bisa menjalani hidup yang lebih sehat dan produktif.

Namun, jika Anda merasakan gejala saraf kejepit yang sudah mengganggu, segeralah periksakan diri ke Klinik Lamina. 

Untuk konsultasi terkait masalah saraf kejepit dan nyeri tulang belakang lainnya, segeralah buat janji temu dokter via Whatsapp ke nomor 0811-1443-599.

Klinik Lamina berlokasi di Mampang dengan cabang yang tersebar di Cibubur, Kuningan, dan Pulomas.

Lamina juga menyediakan layanan telekonsultasi dan layanan ambulans untuk membantu memudahkan pasien yang terkendala jarak.

Untuk mengecek jadwal praktik dokter dan konsultasi, silakan klik di sini.

***

Sumber foto: Freepik

Share via:
Facebook
Threads
WhatsApp
Artikel Terkait
Artikel Populer
Topik Populer