Beda Swab Test dan Rapid Test pada Diagnosis Covid-19

beda swab test dan rapid test

Beda swab test dan rapid test perlu Anda pahami.

Dalam rangka penegakan diagnosis Covid-19, terdapat dua jenis pemeriksaan untuk mendiagnosis penyakit ini.

Pemeriksaan tersebut adalah:

  • Swab test atau RT-PCR (reverse-transcriptase polymerase chain reaction)
  • Rapid test atau tes serologis.

Kedua tes ini memiliki prosedur dan mekanisme yang berbeda dalam menentukan hasil tes untuk diagnosis penyakit akibat virus Corona ini.

Sesuai rekomendasi Badan Kesehatan Dunia (WHO), swab test yang dengan polymerase chain reaction (PCR) untuk membantu menegakkan diagnosis Covid-19.

Namun rapid test juga berperan dalam deteksi dini penularan Covid-19. Dari deteksi dini inilah, tim yang bertugas menangani Covid-19 bisa menentukan langkah selanjutnya guna mencegah penularan lebih luas.

Beda Swab Test dan Rapid Test

  • Metode

-Swab test: pada laboratorium khusus dengan metode PCR

-Rapid test: menggunakan alat rapid test

  • Kegunaan

-Swab test: pendeteksi adanya virus SARS-COV 2 (penyebab Covid-19)

-Rapid test: hanya untuk skrining awal

  • Sampel

-Swab test: dengan mengusapkan alat swab pada pangkal hidung atau tenggorokan guna mendapatkan contoh lendir area ini

-Rapid test: darah dari ujung jari

  • Hasil pemeriksaan

-Swab test: berjam-jam hingga berhari-hari

-Rapid test: beberapa ment

  • Biaya

-Swab test: lebih mahal

-Rapid test: lebih murah

  • Diagnosis

-Swab test: penegak diagnosis positif atau negatif

 -Rapid test: hanya sebagai alat penyaring atau deteksi dini

  • Mendeteksi:

-Swab test: mendeteksi materi genetik RNA dan DNA virus

-Rapid test: menilai antibodi atau imunoglobulin (Ig)

  • Tempat:

-Swab test: laboratorium yang ditunjuk pemerintah

Baca Juga:  Hindari 4 Jenis Pantangan Syaraf Kejepit Ini Agar Tidak Bertambah Parah

-Rapid test: dimana saja

  • Hasil test:

-Swab test: negatif atau postif terinfeksi

-Rapid test: reaktif atau non-reaktif

Beda Swab Test dan Rapid Test Itu Apa?

Rapid test

Hasil reaktif pada tes ini tidak selalu menandakan positif Covid-19. Perlu pemeriksaan ulangan atau  swab test untuk memastikan.

Walau demikian, hasil positif (menunjukkan dua garis) bisa melakukan isolasi sebagai langkah antisipasi penularan Covid-19 sembari menunggu kepastian diagnosis.

Pengambilan sampel darah dari ujung jari. Jika ada infeksi virus, maka tubuh akan membentuk antibodi IgM dan IgG terhadap virus SARS-Cov2.

Antibodi (immunoglobulin/Ig) itulah yang akan terdeteksi pada pemeriksaan terhadap sampel darah pasien.

Ig M akan terdeteksi 3-7 hari setelah infeksi dan Ig G setelah 8-10 hari setelah infeksi

Bila hasilnya menunjukkan respons sistem imun atau reaktif, kemungkinan potensi infeksi virus corona. Begitu pula sebaliknya

Swab test

Pemeriksaan ini memiliki tingkat keakuratan yang lebih tinggi.

Saat virus Corona menginfeksi tubuh, maka akan terdeteksi melalui swab dari belakang hidung dan tenggorokan, kemudian akan dinilai dengan menggunakan metode PCR (Polymerase Chain Reaction).

Tes ini menggunakan swab khusus kemudian pemeriksa akan memasukannya ke dalam tabung penampung (viral transport media/ VTM).

Tes Cepat Molekuler (TCM)

Kini pemerintah Indonesia juga berencana mengembangkan metode tes Covid-19 dengan alat tes cepat molekuler (TCM), yang akan mengidentifikasi RNA virus.

Sebelumnya, tes ini untuk membantu mendiagnosis penyakit tuberkulosis (TB) berdasarkan pemeriksaan molekuler. Hasil tes TCM cepat kurang dari dua jam.  

Jadi sejauh ini ada tiga metode untuk menguji Covid-19 yang digunakan pemerintah, yakni rapid test, PCR, dan TCM.

Tetap Aktif Melakukan Tindakan Pencegahan

Tes atau pemeriksaan diagnostik hanya dapat membantu penghitungan hasil positif yang sudah tertular Covid-19 dan tidak dapat mencegah penularan.

Baca Juga:  Konsumsi 5 Vitamin Ini untuk Jaga Daya Tahan Tubuh Saat Musim Hujan

Kembali lagi, efektivitas pencegahan ada pada disiplin untuk tetap:

  • Memakai masker
  • Mencuci tangan
  • Menjauhi kerumunan

Face Shield dan Masker

Virus penyebab Covid-19 dapat menular lewat udara (airborne). Itu sebabnya perlu sekali menggunakan masker dengan baik dan benar, menutupi hidung hingga dagu, sebagai antisipasi penularan penyakit ini.

Masker kain dapat berguna sebagai alat penahan droplet dan harga pun lebih terjangkau. Namun masker ini tidak bisa memproteksi semua jenis partikel yang ada atau kemungkinan virus dapat menempel pada kain.

Badan Kesehatan Dunia (WHO) sangat menganjurkan masker sebagai salah satu upaya untuk membantu memutus rantai penularan penyakit ini.

Kini penggunaan face shield semakin marak bahkan rasanya lebih nyaman dibandingkan dengan masker. Face shield yang juga merupakan salah satu alat pelindung diri (APD) yang cara membersihkannya juga mudah dengan sabun dan air atau cairan disinfektan.

Face shield juga dapat membantu meminimalkan paparan droplet, bahkan mata juga bisa terlindung lebih baik daripada hanya menggunakan masker.

Masker tetap tidak tergantikan oleh face shield. Dalam hal ini face shield adalah sebagai pelengkap, bukan untuk menggantikan masker. Agar lebih efektif proteksinya, kenakan keduanya, face shield dan masker.

Share via:
Artikel Terkait
Promo Terbaru
Artikel Populer
Topik Populer